Salah satu tugasnya adalah buat cerpen lanjutan. Jadi disini kita disuruh ngelanjutin cerpen yang udah ada dibuat jadi versi kitanya. Boleh diganti di awal, tengah maupun akhir, bebas. Dan gue pun akhirnya berhasil menyelesaikan pr ini. Yah, gak susah sih, cuma malesnya itu loh, dewa. Dan daripada mubazir ga dibaca orang selain guru yang bersangkutan, mending di share disini aja ya. Judulnya: Saat cinta berkata . Gue tau, lebay. Gue aja bikinnya malu. But check deez awt dulu ajah!
Saat cinta berkata
Rama gelisah di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam tapi
dia belum tertidur sama sekali. Kadang dia menghela nafas panjang,
karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari. Apapun yang akan terjadi
besok disekolah adalah hal yang baru untuknya.
---
Tiga hari yang lalu
saat sepulang sekolah, di samping kelas XII IPA E. Rama menyatakan cinta. Cinta
polos pertamanya kepada Luna. Tak tergambarkan bagaimana keadaan Rama hari itu.
Dia biasa berlari pagi sejauh dua kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas
seperti ini.
Badannya gemetar dan begitupun suaranya. Meski sudah
mempersiapkan diri hampir setahun, semuanya terlihat kacau. Di hadapannya, berdiri dengan tenang Luna, yang sedang memeluk buku di tangannya, dan memasang senyum termanis. Sebelum
berkata apapun dia menatap lembut mata Rama beberapa menit. Dan menit-menit
yang hening itu merupakan detik-detik terlama untuk Rama.
"Rama..." Luna memulai kalimatnya. Rama hampir
terjengkang karena lemas.
"Ya... na," jawabnya sok tenang, meski tangannya
dari tadi keringat dingin.
"Aku perlu berpikir...beri aku tiga hari..." Luna
memberikan senyumnya lagi.
"Baiklah..." Lalu Rama pulang dengan mengutuk
dirinya sendiri.
Dalam perjalanan pulang hari itu kata-kata Nicky menghantui
kepalanya.
Nicky adalah teman baik Rama, dan sekaligus lelaki yang amat
beruntung di mata Rama. Pacar dan mantan Nicky banyak, berbanding terbalik
dengan Rama yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir. Dan karena itulah Nicky
adalah guru besar Rama selama dua tahun terakhir.
"Woi kawan, jika nanti dia minta waktu buat berpikir,
kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang dada dan jangan terlalu berharap lagi," terang Nicky "karena itu artinya kau telah ditolak
kawan."
"Kok bisa?" tanya Rama, polos.
"Menurut gurumu ini, wanita itu suka membuat orang yang
menyukainya menderita dulu, hahaha"
Dan pendapat Nicky ternyata benar.
Hampir dua tahun Rama menunjukkan tanda-tanda dia suka
kepada Luna.
Hampir satu tahun dia belajar mencari momen dan kata-kata
yang pas untuk mengungkapkannya.
Setelah hampir jatuh karena gugup masih saja wanita
pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
Dan menurut Nicky jawaban yang akan diberikan Luna 3 hari
nanti hanyalah satu kata "tidak".
Wanita ternyata kadang-kadang bisa juga menjadi kejam.
----
Hari ini Rama datang terlambat. Dia bangun kesiangan karena
semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan tidur yang dia inginkan.
Bisa dikatakan Rama pingsan karena kelelahan, karena
tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang merapikan sprei kasurnya
yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.
Langkahkahnya goyah, dan wajahnya pucat seharian. Pelajaran
apa saja yang diajarkan gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya. Padahal Nicky
sudah mencoba sekuat tenaga menghiburnya. Nicky membuat lelucon terus menerus. Lalu
menuliskan nomor hp cewek jomblo nan cantik di buku catatan Rama.
Rama bergeming.
"Tenang dong, siapa tau kau diterimanya" goda Nicky.
Senyum Rama mengembang, lalu dia mencerna kembali kata-kata Nicky
"siapa tahu?"...
Itu artinya 50-50...
Kebalikan dari diterima adalah..."DITOLAK"...
senyum Rama yang tadi sekejap berubah rata.
Bel terakhir berbunyi, lautan putih abu-abu berhamburan
pulang. Rama berjalan pelan menuju tempat penembakan kemarin. Disana Luna sudah
berdiri menunggu dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.
"Hai, na..." sapa Rama ramah, atau mungkin lemah.Dia takut dengan jawaban Luna
"Rama... kamu sakit ya?" Luna menatap wajah Rama
dekat-dekat.
"Emh, tadi pagi lupa sarapan... " jawab Rama
malas.
"Ugh, jangan begitu dong..." Luna sedikit bingung setelah melihat wajah pucat Rama.
"Tentang kemarin..." Rama dan Luna bicara bersamaan. Hening.
"Aku... nggak bisa ram... Maaf ya..." jawab Luna
pelan. Benar 'kan? gumam Rama.
"I, iya... Aku ngerti," jawab Rama cepat "maaf
ya kalau aku udah bikin kamu marah."
"Maaf ya Ram, aku enggak marah kok" Luna berbisik, dia agak iba dengan kondisi
Rama.
"Yah, aku juga udah siap kok apapun jawaban kamu...
meski… sakit" kata Rama, dia tak
mampu mengangkat wajahnya. Merah. Malu.
Luna langsung memegang tangan cowok itu. Rama yang tertunduk menatap
wajah Luna dengan sisa tenaganya.
"Aku nggak akan bilang kalau kamu pasti dapat yang
lebih baik dari aku kok" Luna tersenyum kecil dan menenangkan tangan Rama
yang dingin. "yah, seenggaknya kalau kamu suka sama seseorang, dalam hal
ini, aku, berarti kamu juga harus paham resikonya juga"
Rama hampir jatuh. Kakinya goyah. Lemas. Dia tidak berpikir tentang perasaannya saat ini. Dia memikirkan entah apa yang akan dia lakukan kalau suatu saat berpapasan dengan Luna. Dia tak bisa membayangkan rasa canggung yang pasti akan menghampiri mereka berdua. Untuk beberapa detik, dia merasa lebih baik untuk tidak bertemu Luna selamanya.
Mereka berdua berpegangan tangan dalam waktu yang lama.
"Sekali lagi, aku minta maaf ya Ram," Luna merasa simpati. Namun itu tak merubah apapun, hanya menambah penderitaan cowok malang itu saja.
----
Rama pun pulang dengan gontai.
Meski tubuhnya semakin lemah karna sakit, tapi sepeda itu
mampu di pacunya secepat mungkin.
Di dalam pikirannya tak mampu di lepasnya bayang senyum Luna.
Dia memejamkan matanya sesaat untuk mengingat kembali
saat-saat tadi. Sakit memang, pikirnya.
Dan tanpa sadar sebuah truk yang entah kenapa menerobos
lampu merah mendekatinya dari arah
samping.
Suara klakson mobil itu meraung-raung, tapi Rama dan
sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.
Lalu disana yang terdengar hanya bunyi dentuman yang
keras, di sambut pekik histeris warga yang ada disekitarnya...
Tolong…. Luna….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar