Lama ga ngepost, heyo..
Akhir-akhir ini lagi disibukkan dengan
tugas-tugas kuliah yang seabreg, makanya agak mengesampingkan aktivitas bloging
dulu #padahalemangmales
Langsung aja ya. Kali ini, sebagai mahasiswi yang baik dan benar,
gue mau sharing sedikit ilmu yang… semoga berguna. Mungkin, banyak yang udah tau tentang apa itu Hard
skill, apa itu Soft skill, apa itu sikil. Disini gue mau bahas singkat tentang
kakak beradik si keras dan si lembut itu...
Hard skill, menurut definisi simpelnya adalah
kemampuan kita dibidang akademik dan keterampilan menggunakan teknologi serta
peralatan laboratorium.
Sedangkan Soft skill, adalah kemampuan kita
berhubungan dengan individu lain, baik dalam berkomunikasi dan mendalami etika
dan moral, seperti sopan santun, akhlak, dan cara kita bertata krama. Soft
skill juga meliputi leadership, pengendalian emosi, empati dan juga
keterampilan sosial yang baik. Katanya sih orang-orang yang Soft skillnya bagus
lebih terbuka lowongan kerjanya, dan lebih cerdas dibanding yang oke Hard
skillnya. Katanya sih...
Kalau Special skill?
Baru denger? Iya, itu pemikiran gue pribadi.
Special skill ini agak beda. Bukan gabungan dari Hard dan Soft skill, bukan
juga improvisasi dari keduanya.
Special skill adalah, kemampuan kita dalam
memiliki keahlian diluar bidang akademik dan interpersonal. Jadi gak ada
hubungannya sama hard skill dan soft skill. Maksudnya? Special skill itu
keterampilan spesial kita yang bisa disebut juga sebagai... minat dan hobi.
Yap, tepatnya hobi yang dimaksimalkan.
Bedanya Special skill sama hobi? Mudahnya sih,
Special Skill itu hobi yang sudah kita asah sedemikian rupa sehingga kita udah
jadi ahlinya di bidang itu. Skill ini
menurut gue emang bukan yang terpenting, tapi kalo kita udah punya satu bidang
yang disukai dan dimantapkan, bukan gak mungkin skill ini menjadi lebih penting
ketimbang dua skill keras dan lembut.
Bedanya sama hard skill? Kalo special skill
gak menyangkut bidang akademik sama sekali. Contohnya adalah kemahiran kita
bermain sepak bola, atau bermain musik. Kalau kita cuma ‘bisa’ doang bermain
sepak bola, gak bisa disebut special skill, karena udah banyak orang yang
‘bisa’ bermain sepak bola. Kalau mau disebut special skill, kita harus bisa
‘merajai’ bidang tersebut. Menjadi yang terbaik dibidang tersebut. Barulah
special skill kita bisa menjadi lebih penting dari hard dan soft skill. Contohnya?
Bandingin aja Cristiano Ronaldo dengan Terence Tao. Gue yakin lebih banyak
yang kenal CR7 ketimbang nama kedua, yang notabene manusia ber-IQ tertinggi di dunia saat ini. Sedangkan CR7,
kita semua tahulah siapa dia..
Nah, orang-orang yang berhasil mengembangkan
special skill dan menjadi yang terbaik jumlahnya gak banyak, karena mereka terkadang
‘takut’ mencoba dan memulai sesuatu yang
baru. Takut di anggap aneh, takut di omongin orang. Kebayang Michael Jordan gak
maen di NBA, dan malah nerusin kuliah di Al-Azhar, terus berakhir dengan
poligami dan istri keduanya meninggal pas lagi shalat? Kebayang Lionel Messi gak jadi pemain bola,
malah nulis puisi di mading sekolah dan berangkat study ke luar negeri terus
ciuman sama pacarnya di bandara? Mereka berdua gak akan jadi apa-apa, gak akan
jadi kayak sekarang ini. Mereka akan menyesal karena mereka melakukan satu hal
yang sama: mengambil jalan yang salah terlalu jauh sehingga tidak bisa kembali
lagi.
Postingan ini bukan
bertujuan untuk menomor sekiankan hard skill dan soft skill. Menuntut ilmu itu
harus, komunikasi itu wajib, cuma jangan dijadikan patokan. Kalau kita punya
minat lain, ya usahakan. Kejar. Gue kurang setuju dengan kutipan suatu film,
yang intinya. "Kita harus meletakkan impian kita, mimpi-mipi kita, 5 cm didepan kening kita. agar kita selalu bisa melihat dan mengejarnya." Secara harfiah maksud dari kutipan tersebut menurut gue bukanlah
sebuah motivasi, karena kalau kita menyimpan impian kita di depan kening sejauh
5 cm, sampai kapanpun kita nggak akan bisa meraihnya. Karena impian itu hanya akan
terus didepan kita sejauh 5 cm sebanyak apapun kita melangkah. Harusnya, impian
itu disimpan di kepala, dan dijaga dalam hati, agar kita terus memikirkannya sebagai motivasi dan
pelecut semangat. Bayangkan betapa senangnya kita jika impian yang sudah ada
dalam benak setiap saat, menjadi kenyataan dan membuat kita tersenyum setiap
saat. Dan bayangkan juga betapa sedihnya kita jika impian yang sudah ada dalam
benak setiap saat, gagal terwujud dan hanya berakhir dengan penyesalan sampai
kiamat.
Gue sendiri,
akhir-akhir ini lagi sibuk mengembangkan beberapa minat. Hobi gue banyak, minat
apalagi. Tapi anehnya, percaya atau enggak semua hobi ini gak satupun yang
berangkat dari bakat. Gue mulai semuanya dari nol,
usaha yang ngebantu gue selama ini. Ini bukan special skill, karena gak ada
satupun yang bener-bener gue kuasai. Gue cuma ngembangin skill yang ‘mungkin’
suatu saat bisa menjadi ‘special’. Alasan gue serius menekuni banyak hobi
antara lain: sebagai teman kehidupan. Kalau kita punya banyak hobi, kita gak
akan pernah bosan dengan hidup. Setiap bosan akan suatu hal, kita bisa beralih
ke hobi kita sebagai penghapus penat. Kalau bosan dengan hobi itu sendiri? Ya
pindah aja ke hobi lain. Itulah gunanya punya banyak skill, punya banyak hobi.
Selain itu kalau punya banyak ilmu juga kita bakal nyambung kalo diajak
ngobrol, terus dapet jaringan baru, sampe dikenal banyak orang. Yah ujung-ujungnya
sih balik ke soft skill lagi, makanya special skill itu bisa jadi penting
banget.
Intinya, selain
dibidang akademik, kita juga harus punya banyak skill di bidang lain. Karena siapa tau salah satu skill itu bakal ada yang jadi ‘tulang punggung’
kita di masa depan. Orang juga pasti lebih suka sama orang yang punya banyak
keahlian, yang multifungsi. Tapi dibalik itu semua, sekali lagi semua skill
keras, lembut dan spesial itu penting, apalagi kalau kita punya ketiganya.
Jadi yang bener itu..
Hard skill v Soft
skill v Special skill
atau...
Hard skill < Soft
skill < Special skill
??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar