Gatau kenapa, akhir-akhir ini gue
mikir (kebetulan ada waktu luang jadi bisa mikir), kita manusia diciptakan
dengan jalannya masing-masing. Ada yang suka ini, hobi main itu, jago olahraga
ini, pinter pelajaran itu.
Tapi gue sendiri gak
terlalu ngerti, itu semua diberikan tuhan untuk apa. Gue tau ada sebagian orang yang gak percaya
dengan yang namanya ‘bakat’, tapi gue percaya, percaya banget. Kadang kita pasti ngeliat, ada
orang yang lack di satu aspek, tapi bisa membaik walaupun harus berjuang
mati-matian. Sedangkan ada juga orang yang usahanya biasa-biasa aja, tapi bisa lebih
baik dari si A cuma karena dia diberkati ‘bakat’ dari tuhan.
Manusia memang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, tapi gue sering
ngeliat, anggaplah namanya Zubaedah. Si Zubaedah ini, dia pinter, cantik,
tajir, gaul, alim, jago masak, sayang keluarga, pokoknya semua yang baik-baik
ada di dia. Sedangkan satunya lagi, misal namanya Zubaedun, dia udah mah (maaf)
'nggak enak dipandang', kuntet, bau, bloon, kere, letoy, lobang idungnya ada
tiga, pokoknya semua yang jelek ada dia. Adil gak sih?
Gue nulis postingan ini
bukannya gak mau bersyukur, tapi lebih untuk mikir ke arah yang lebih jauh.
Mungkin definisi adil bagi tuhan itu berbeda? Atau tuhan punya jalan lain buat
si
Zubaedah dan Zubaedun? Kita juga sering denger kalau orang itu kadang
dibawah, kadang di atas, seperti roda yang berputar. Tapi gue tau ada orang
yang hampir seumur hidupnya dilimpahi dengan kemewahan dan kesempurnaan, dan ada juga yang sampai
menyentuh liang lahat tetap menjadi orang yang dikenal sebagai "Zubaedun si orang penuh kesengsaraan".
Mungkin gue harus nambahin kalimat dari quote tersebut menjadi 'Hidup itu
bagaikan roda yang berputar, tapi kadang roda itu mampet sehingga orang yang
diatas akan selalu disana begitupun sebaliknya.' Ya,
Lebih realistis.
Balik lagi ke bakat dan kemampuan.
Dua hal itu memang berbeda, tapi kadang memiliki fungsi yang sama. Hal tersebut
dapat menunjang kehidupan kita kedepannya. Salah satu yang gue pahami adalah,
dua hal tersebut dapat menjadi magnet untuk orang-orang di sekeliling kita.
Maksudnya?
Yah, gitu. Dengan kita
menjadi pintar, orang-orang bakal nyamperin kita. Dengan kita memiliki paras rupawan, orang-orang bakal ngedeketin kita. Dengan kita
menjadi seorang yang pintar, rupawan, dan berduit, orang akan
mengelu-elukan nama kita.
Yap, hal-hal itu dapat
menjadi magnet pertemanan, dan juga persahabatan. Tapi apa masih bisa disebut
'teman' jika mereka hanya datang ketika kita menggunakan magnet bernama 'bakat dan kemampuan'?
Apa mereka masih akan datang jika kita tidak memiliki kelebihan-kelebihan
tersebut? Apa mereka masih akan ada jika kita tidak memiliki magnet khusus?
Have you ever had a friend who doesn’t care about “what are you”?
May be i have some...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar