Minggu, 26 Agustus 2012

Tugas B. Indo = cerpen alay

          Kesampingkan dulu urusan project pengangguran, karena gue punya Tugas Bahasa Indonesia yang gak bisa dikesampingkan. Jadi Mulai Ramadhan sampe beres liburan Idul Fitri, siswa kelas XII di sibukan oleh pr b.indo yang bagaikan  bintang di langit, pasir di pantai, dan kolor di lemari (?). Banyak.


Salah satu tugasnya adalah buat cerpen lanjutan. Jadi disini kita disuruh ngelanjutin cerpen yang udah ada dibuat jadi versi kitanya. Boleh diganti di awal, tengah maupun akhir, bebas. Dan gue pun akhirnya berhasil menyelesaikan pr ini. Yah, gak susah sih, cuma malesnya itu loh, dewa. Dan daripada mubazir ga dibaca orang selain guru yang bersangkutan, mending di share disini aja ya. Judulnya: Saat cinta berkata . Gue tau, lebay. Gue aja bikinnya malu. But check deez awt dulu ajah!



Saat cinta berkata




Rama gelisah di atas tempat tidurnya. Matanya terpejam tapi dia belum tertidur sama sekali. Kadang dia menghela nafas panjang, karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari. Apapun yang akan terjadi besok disekolah adalah hal yang baru untuknya.

---

   Tiga hari yang lalu saat sepulang sekolah, di samping kelas XII IPA E. Rama menyatakan cinta. Cinta polos pertamanya kepada Luna. Tak tergambarkan bagaimana keadaan Rama hari itu. Dia biasa berlari pagi sejauh dua kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas seperti ini.

Badannya gemetar dan begitupun suaranya. Meski sudah mempersiapkan diri hampir setahun, semuanya terlihat kacau. Di hadapannya, berdiri dengan tenang Luna, yang sedang memeluk buku di tangannya, dan memasang senyum termanis. Sebelum berkata apapun dia menatap lembut mata Rama beberapa menit. Dan menit-menit yang hening itu merupakan detik-detik terlama untuk Rama.


"Rama..." Luna memulai kalimatnya. Rama hampir terjengkang karena lemas.
"Ya... na," jawabnya sok tenang, meski tangannya dari tadi keringat dingin.
"Aku perlu berpikir...beri aku tiga hari..." Luna memberikan senyumnya lagi.
"Baiklah..." Lalu Rama pulang dengan mengutuk dirinya sendiri.


Dalam perjalanan pulang hari itu kata-kata Nicky menghantui kepalanya.


Nicky adalah teman baik Rama, dan sekaligus lelaki yang amat beruntung di mata Rama. Pacar dan mantan Nicky banyak, berbanding terbalik dengan Rama yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir. Dan karena itulah Nicky adalah guru besar Rama selama dua tahun terakhir.

"Woi kawan, jika nanti dia minta waktu buat berpikir, kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang dada dan jangan terlalu berharap lagi," terang Nicky "karena itu artinya kau telah ditolak kawan."
"Kok bisa?" tanya Rama, polos.
"Menurut gurumu ini, wanita itu suka membuat orang yang menyukainya menderita dulu, hahaha"


Dan pendapat Nicky ternyata benar.
Hampir dua tahun Rama menunjukkan tanda-tanda dia suka kepada Luna.
Hampir satu tahun dia belajar mencari momen dan kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya.
Setelah hampir jatuh karena gugup masih saja wanita pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
Dan menurut Nicky jawaban yang akan diberikan Luna 3 hari nanti hanyalah satu kata "tidak".
Wanita ternyata kadang-kadang bisa juga menjadi kejam.
----
Hari ini Rama datang terlambat. Dia bangun kesiangan karena semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan tidur yang dia inginkan.

Bisa dikatakan Rama pingsan karena kelelahan, karena tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang merapikan sprei kasurnya yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.

Langkahkahnya goyah, dan wajahnya pucat seharian. Pelajaran apa saja yang diajarkan gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya. Padahal Nicky sudah mencoba sekuat tenaga menghiburnya. Nicky membuat lelucon terus menerus. Lalu menuliskan nomor hp cewek jomblo nan cantik di buku catatan Rama.

Rama bergeming.

"Tenang dong, siapa tau kau diterimanya" goda Nicky.
Senyum Rama mengembang, lalu dia mencerna kembali kata-kata Nicky "siapa tahu?"...
Itu artinya 50-50...
Kebalikan dari diterima adalah..."DITOLAK"... senyum Rama yang tadi sekejap berubah rata.

Bel terakhir berbunyi, lautan putih abu-abu berhamburan pulang. Rama berjalan pelan menuju tempat penembakan kemarin. Disana Luna sudah berdiri menunggu dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.

"Hai, na..." sapa Rama ramah, atau mungkin lemah.Dia takut dengan jawaban Luna
"Rama... kamu sakit ya?" Luna menatap wajah Rama dekat-dekat.
"Emh, tadi pagi lupa sarapan... " jawab Rama malas.
"Ugh, jangan begitu dong..." Luna sedikit bingung setelah melihat wajah pucat Rama.
"Tentang kemarin..." Rama dan Luna bicara bersamaan. Hening.
"Aku... nggak bisa ram... Maaf ya..." jawab Luna pelan. Benar 'kan? gumam Rama.
"I, iya... Aku ngerti," jawab Rama cepat "maaf ya kalau aku udah bikin kamu marah."
"Maaf ya Ram, aku enggak marah kok"  Luna berbisik, dia agak iba dengan kondisi Rama.
"Yah, aku juga udah siap kok apapun jawaban kamu... meski…  sakit" kata Rama, dia tak mampu mengangkat wajahnya. Merah. Malu.

Luna langsung memegang tangan cowok itu. Rama yang tertunduk menatap wajah Luna dengan sisa tenaganya.

"Aku nggak akan bilang kalau kamu pasti dapat yang lebih baik dari aku kok" Luna tersenyum kecil dan menenangkan tangan Rama yang dingin. "yah, seenggaknya kalau kamu suka sama seseorang, dalam hal ini, aku, berarti kamu juga harus paham resikonya juga"

Rama hampir jatuh. Kakinya goyah. Lemas. Dia tidak berpikir tentang perasaannya saat ini. Dia memikirkan entah apa yang akan dia lakukan kalau suatu saat berpapasan dengan Luna. Dia tak bisa membayangkan rasa canggung yang pasti akan menghampiri mereka berdua. Untuk beberapa detik, dia merasa lebih baik untuk tidak bertemu Luna selamanya.

Mereka berdua berpegangan tangan dalam waktu yang lama.

"Sekali lagi, aku minta maaf ya Ram," Luna merasa simpati. Namun itu tak merubah apapun, hanya menambah penderitaan cowok malang itu saja.
----
Rama pun pulang dengan gontai.
Meski tubuhnya semakin lemah karna sakit, tapi sepeda itu mampu di pacunya secepat mungkin.
Di dalam pikirannya tak mampu di lepasnya bayang senyum Luna.
Dia memejamkan matanya sesaat untuk mengingat kembali saat-saat tadi. Sakit memang, pikirnya.
Dan tanpa sadar sebuah truk yang entah kenapa menerobos lampu merah  mendekatinya dari arah samping.
Suara klakson mobil itu meraung-raung, tapi Rama dan sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.


Lalu disana yang terdengar hanya bunyi dentuman yang keras, di sambut pekik histeris warga yang ada disekitarnya...



Tolong…. Luna….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar