Minggu, 06 Oktober 2013

Magnetto

Gatau kenapa, akhir-akhir ini gue mikir (kebetulan ada waktu luang jadi bisa mikir), kita manusia diciptakan dengan jalannya masing-masing. Ada yang suka ini, hobi main itu, jago olahraga ini, pinter pelajaran itu.

Tapi gue sendiri gak terlalu ngerti, itu semua diberikan tuhan untuk apa. Gue tau ada sebagian orang yang gak percaya dengan yang namanya bakat, tapi gue percaya, percaya banget. Kadang kita pasti ngeliat, ada orang yang lack di satu aspek, tapi bisa membaik walaupun harus berjuang mati-matian. Sedangkan ada juga orang yang usahanya biasa-biasa aja, tapi bisa lebih baik dari si A cuma karena dia diberkati ‘bakat’ dari tuhan.






Manusia memang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tapi gue sering ngeliat, anggaplah namanya Zubaedah. Si Zubaedah ini, dia pinter, cantik, tajir, gaul, alim, jago masak, sayang keluarga, pokoknya semua yang baik-baik ada di dia. Sedangkan satunya lagi, misal namanya Zubaedun, dia udah mah (maaf) 'nggak enak dipandang', kuntet, bau, bloon, kere, letoy, lobang idungnya ada tiga, pokoknya semua yang jelek ada dia. Adil gak sih?

Gue nulis postingan ini bukannya gak mau bersyukur, tapi lebih untuk mikir ke arah yang lebih jauh. Mungkin definisi adil bagi tuhan itu berbeda? Atau tuhan punya jalan lain buat si Zubaedah dan Zubaedun? Kita juga sering denger kalau orang itu kadang dibawah, kadang di atas, seperti roda yang berputar. Tapi gue tau ada orang yang hampir seumur hidupnya dilimpahi dengan kemewahan dan kesempurnaan, dan ada juga yang sampai menyentuh liang lahat tetap menjadi orang yang dikenal sebagai "Zubaedun si orang penuh kesengsaraan". Mungkin gue harus nambahin kalimat dari quote tersebut menjadi 'Hidup itu bagaikan roda yang berputar, tapi kadang roda itu mampet sehingga orang yang diatas akan selalu disana begitupun sebaliknya.' Ya, Lebih realistis.

Balik lagi ke bakat dan kemampuan. Dua hal itu memang berbeda, tapi kadang memiliki fungsi yang sama. Hal tersebut dapat menunjang kehidupan kita kedepannya. Salah satu yang gue pahami adalah, dua hal tersebut dapat menjadi magnet untuk orang-orang di sekeliling kita.

Maksudnya?

Yah, gitu. Dengan kita menjadi pintar, orang-orang bakal nyamperin kita. Dengan kita memiliki paras rupawan, orang-orang bakal ngedeketin kita. Dengan kita menjadi seorang yang pintar, rupawan, dan berduit, orang akan mengelu-elukan nama kita.

Yap, hal-hal itu dapat menjadi magnet pertemanan, dan juga persahabatan. Tapi apa masih bisa disebut 'teman' jika mereka hanya datang ketika kita menggunakan magnet bernama 'bakat dan kemampuan'? Apa mereka masih akan datang jika kita tidak memiliki kelebihan-kelebihan tersebut? Apa mereka masih akan ada jika kita tidak memiliki magnet khusus? Have you ever had a friend who doesn’t care about “what are you”?






May be i have some...
   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar